Senin, 09 Juni 2014

Kacamata-Perspektif

Terkadang kita melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda dari orang-orang kebanyakan. Itu membuat kita berbeda, mungkin perbedaan yang mendekatkan atau perbedaan yang menjauhkan. Maksudnya mendekatkan adalah, perspektif kita membuat orang-orang tertarik dengan kita dan merasa perbedaan yang ada masih dalam batas kenyamanan mereka dan yang menjauhkan
adalah sebaliknya.
 
Menurut gw pribadi, perbedaan perspektif yang ada membuat setiap orangnya menjadi unik dan menarik. Bayangin kalo setiap orang punya pemikiran yang sama dengan ide yang sama. Berapa banyak juta orang yang daftar jadi presiden? atau mungkin malah gak ada yang daftar? karena semuanya begitu sama dan membosankan. Dan perbedaan perspektif juga sama kayak warna yang yang bisa kita lihat, bayangin kalo cuma ada 2 warna yaitu hitam dan putih, tentu dunia ini gak seindah kata pepatah dan secantik kata penyair *eeaaa..
 
Oke, perspektif yang ada dipikiran kita menurut gw itu dibangun bertahun-tahun lamanya berdasarkan pengalaman dan pembelajaran yang telah kita alami sebelumnya. Jadi, kita gak bisa nyuruh orang seenaknya buat ganti perspektifnya terhadap suatu hal dan kita juga pasti gak suka kalo perspektif kita diremehin. Karena yang membuat kita berpikir seperti itu bukan saat hal itu terjadi, tapi pengalaman bertahun-tahun yang membuat kita mempunyai pemikiran seperti itu. Dan itu sudah pasti merupakan hal yang wajar jika setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda-beda, karena dari pengalaman hidup yang berbeda-beda pula.
 
Mungkin gw akan mencoba membuat analogi dengan kacamata. Jika kita memiliki mata yang normal, maka kita tidak memerlukan kacamata seharusnya. Tetapi, bagaimana jika mata kita normal dan menggunakan kacamata yang didalamnya terdapat lensa minus, plus ataupun silinder? tentunya kita tidak akan merasa nyaman jika terjadi hal yang seperti itu. Tetapi, dengan menggunakan lensa minus, plus, ataupun silinder walaupun mata kita normal, kita jadi mengerti rasanya rabun, dan kita seharusnya juga mengerti keadaan yang rabun itu.

Kita jangan terpengaruh orang lain untuk melihat sesuatu, karena kita akan lebih nyaman melihat sesuatu itu dari perspektif kita sendiri. Tetapi, kita bisa mencoba melihat sesuatu itu dari "kacamata" orang lain agar tahu kenapa orang lain berpikiran seperti itu. Maka, kita bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk, karena memang gak ada yang sempurna, begitupun pola pikir. Berpikir sesuai dengan yang mayoritas bukan berarti kita lebih baik dari yang minoritas dan begitu pula sebaliknya.

Dan menurut gw "kacamata" terbaik itu adalah kacamata yang benar-benar digunakan untuk melihat dengan senyaman mungkin bukan "kacamata" yang digunakan karena trend, mereknya, atau karena harganya.